JAKARTA - Pemerintah mengatakan akan terus mewaspadai konflik yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah (Timteng). Pasalnya konflik tersebut akan berpotensi menimbulkan gejolak terhadap harga minyak.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan konflik tersebut akan mempengaruhi capaian asumsi Indonesia Crude Price (ICP) yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada tahun ini sebesar USD90 per barel.
"Kalau harga minyak kita tentu perhatikan serius, dan ini kan ketegangan di Afrika Utara dan Timur Tengah itu kan tinggi sekali, jadi benar benar situasi yang perlu diwasadai," ujar Agus ketika ditemui di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Menurut Agus, konflik di kawasan tersebut akan berpengaruh kepada harga minyak, Pasalnya, kawasan tersebut merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia. Oleh sebab itu, Agus menambahkan, jika konflik tersebut mencuat ke permukaan pengaruhnya akan sangat signifikan menyumbang naiknya harga minyak dunia.
"Karena secara umum saja terjadi misalnya perang statement saja harga minyak saja sudah bisa langsung naik. Jadi ini sesuatu yang kita perhatikan secara hati-hati," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dinilai bisa mengakibatkan harga minyak dunia mengalami kenaikan hingga USD150 per barel.
"Begini logikanya, kalau harga minyak kita enggak bisa ngontrol, ya pakailah yang bukan minyak," jelas Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo yang ditemui usai Salat Jumat, di Kantor Kementerian ESDM.
Selain itu, lanjut dia, ketegangan antara dua negara ini dinilai tidak akan berdampak jika Indonesia lebih memilih memakai bahan bakar selain minyak.
"Harga minyak pasti naik. Tetapi kalau kita tidak tergantung kepada minyak tidak apa-apa kan? Kita harus berusaha beralih ke bahan bakar yang lain," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar