Port Moresby - Ancaman Wakil PM Papua Nugini (PNG) Belden Namah untuk mengusir Dubes Indonesia tidak diamini oleh bosnya, PM Peter O'Neill. Menurut O'Neill, ancaman itu "tidak perlu".
Ancaman Namah terkait dengan insiden 29 November 2011, saat dua Sukhoi TNI nyaris bertabrakan dengan jet Falcon yang membawa Belden Namah dan pejabat pemerintahan PNG lainnya. Namah menyebut aksi militer Indonesia sebagai agresi dan intimidasi.
Namah mengancam mengusir Dubes Indonesia atas insiden itu dan memanggil pulang Dubes PNG dari Jakarta.
PM O'Neill menuturkan, Kedubes Indonesia di Port Moresby tidak akan ditutup. Demikian diberitakan Australia Network News, Senin (9/1/2012).
Indonesia sendiri telah memberikan penjelasan dengan memanggil Dubes PNG Peter Ilau di Jakarta. Indonesia menjelaskan, intersepsi disebabkan karena adanya permasalahan teknis dalam flight clearance pesawat yang ditumpangi Belden Namah dkk pada 29 November 2011.
Saat ini perpecahan terjadi di PNG dengan munculnya dua PM. Peter O'Neill adalah PM PNG yang didukung parlemen. Oleh Mahkamah Agung (MA) kekuasaannya dianggap tidak sah. MA menunjuk PM sebelumnya, Sir Michael Somere, menduduki jabatan itu. Kubu Sir Michael telah mengecam statemen Belden Namah dan menyebut semua pejabat perwakilan asing akan mendapat perlindungan.
0 komentar:
Posting Komentar