Jakarta - Meski berstatus sebagai ibukota dan memiliki penduduk hingga 12 juta jiwa, hingga sekarang Jakarta belum memiliki angkutan massal yang aman, nyaman dan terjangkau.
Padahal pajak dari sektor otomotif yang diambil pemerintah provinsi saja mencapai angka Rp 21,4 triliun di 2011. Sementara pemerintah pusat dapat jatah Rp 86,1 triliun. Lalu kemanakah uang rakyat itu?
Angka yang 'mengagumkan' tersebut diungkapkan oleh Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto di Jakarta.
"Jakarta itu penduduknya 12 juta, tapi tidak punya angkutan massal yang aman, nyaman dan terjangkau. Sedih kita. Padahal kita butuh transportasi massal, entah mau di bawah (tanah), di atas, di samping kiri atau di samping kanan. Terserah, yang penting ada," keluhnya.
"Kenapa orang pakai motor? Karena tidak ada angkutan massal tadi sementara motor dianggap lebih cepat. Kenapa orang pakai mobil? Karena tidak ada angkutan massal tadi," tandasnya.
"Pajak dari sektor otomotif padahal banyak sekali. Di 2011 pemerintah pusat dapat Rp 86,1 triliun dari pajak-pajak seperti bea masuk, PPnBM, PPN dan lainnya. Kalau pemerintah Jakarta dapat Rp 21,4 triliun dari bea balik nama dan lainnya," papar Jongkie.
"Kalau kita pakai uang itu untuk bangun MRT (mass rapid transit) pasti sudah jadi, belum di tahun-tahun sebelumnya," cetus Jongkie.
Pria yang juga merupakan bos Hyundai Indonesia ini lalu mengungkapkan kalau pemerintah jangan mencari kambing hitam atas ketidak mampuannya membuat transportasi massal yang diidamkan itu dengan menyalahkan pabrikan otomotif.
"Jangan salahkan pabrikan, kita baru mau tumbuh kok sudah mau disembelih. Kita malah dukung ada MRT, kita dukung. Kita tidak takut kalau ada MRT penjualan mobil akan turun, saya yakin mobil akan terus terjual," katanya.
"Hanya saja, kalau sekarang orang beli mobil untuk dipakai sehari-hari karena tidak ada angkutan massal yang layak, bila ada MRT nanti, orang akan tetap beli mobil, tapi ditaruh di rumah untuk istrinya. Baru pas weekend keluar semua. Baru macet di weekend. Itu tidak masalah, paling tidak ketika hari kerja kita tidak kelelahan," tandasnya.
Saat ini diketahui kalau sekitar 30 ribu kendaraan umum yang terdiri dari 20 ribu taksi dan sisanya bus, mikrolet dan lainnya. Dari jumlah saja angka tersebut sudah menyedihkan. Apalagi bila ditambah dengan kenyataan bahwa kondisi kebanyakan angkutan umum massal di Jakarta masih jauh dari kata baik.
Padahal kendaraan umum di Jakarta harus melayani sekitar 10 juta orang dari 20 juta orang yang melakukan perjalanan setiap hari di seluruh wilayah Jakarta dari berbagai sisi.
0 komentar:
Posting Komentar