JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa waktu lalu memproyeksikan ekonomi China akan mengungguli AS pada 2016 mendatang. Hal ini sudah pasti akan memberikan dampak kepada Indonesia. Namun, Indonesia harus waspada mengenai pergeseran hegemoni ini.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan Edy Putra Irawadi mengatakan, pergeseran hegemoni ini akan terus diwaspadai walaupun posisi ekonomi indonesia saat ini cukup kuat untuk menghadangnya.
"Kekuatan ekonomi dunia sudah beralih ke Asia, khususnya China, India, dan kita (Indonesia). Saya kira posisi ekonomi kita cukup kuat, hanya perlu terus waspada," ungkap Edy kepada okezone di Jakarta, Senin (23/1/2012).
Edy menilai, Indonesia memerlukan beberapa kebijakan pengamanan dari pergeseran ini, di antaranya adalah dengan memperluas pasar domestik Indonesia dan mengurangi disparitas perekonomian antara kota dan desa, sehingga inflasi akan terus terjaga.
"Kebijakan kita pengamanan dan perluasan pasar domestik, mulai dari border control, market control,consumer report, sampai market expansion ke wilayah wilayah yang masih belum bagus distribusinya, agar disparitas berkurang dan inflasi terjaga," jelas Edy.
Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia juga harus mempunya strategi dalam menangkal ini di antaranya meningkatkan human capital dan promosi wisata.
"Selain itu strategi kita adalah promosi kewirusahaan untuk meningkakan human capital, promosi wisata, peningkatan ekspor, dan investasi," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dengan utang pemerintah yang telah mencapai lebih dari USD15 triliun dan krisis ekonomi saat ini, ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan disalip ekonomi China dalam kurun beberapa tahun ke depan.
Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) pada April 2011 lalu memproyeksikan ekonomi China akan mengungguli AS pada 2016 mendatang. Karena 2016 hanya tinggal beberapa tahun lagi, untuk pertama kalinya hegemoni ekonomi AS di dunia diramalkan akan berakhir pada abad ini.
Namun, kapan China akan mengungguli ekonomi AS masih menjadi perdebatan di banyak kalangan. Jim Clifton dari Gallup yang menulis buku The Coming Jobs War mengatakan, jika ekonomi AS tidak segera dipacu kembali dan mulai jalan, dunia akan menyaksikan sebuah kekuatan ekonomi baru dalam beberapa dekade mendatang.
Produk domestik bruto (GDP) China, lanjut Clifton, diperkirakan jauh lebih besar daripada AS dalam kurun 30 tahun. Total GDP dunia pada 2010 lalu lebih dari USD60 triliun. AS memiliki GDP sekira USD15 triliun atau pangsa pasar ekonomi global AS sekira 25 persen.
China saat ini memiliki GDP hampir USD6 triliun atau pangsa pasar sekira 10 persen. Sebagai perbandingan, India dan Rusia memiliki GDP masing-masing hampir USD1,5 triliun.
Sekarang ini, GDP China empat kali lebih besar daripada India atau tiga kali lebih besar daripada Rusia dan dua kali lebih besar daripada Brasil. GDP Jepang hampir sama dengan China lebih dari USD5 triliun, tetapi ekonomi Jepang telah stagnan,lebih parah daripada AS.
Sementara GDP Jerman USD3,3 triliun, Inggris USD2 triliun, dan Prancis USD2,5 triliun. Clifton berargumentasi, GDP AS sekarang ini terbesar di dunia dengan USD15 triliun, tetapi ekonomi negara Adidaya ini mandek.
0 komentar:
Posting Komentar