JAKARTA - Mobil karya para siswa SMK 2 Surakarta, tak hanya mendapat angin segar dari Wali Kota Solo Joko Widodo. Di Jakarta, anggota DPR pun mengaku siap menyukseskan mobil yang diberi label Esemka Rajawali tersebut.
Hendrawan Supratikno, anggota Komisi VI DPR, mengaku selalu siap mendukung segala hal yang sifatnya nasional yang bertujuan meningkatkan kemampuan industri nasional.
“Tapi yang pasti harus dibuat dulu roadmap yang jelas, karena kalau tidak hanya sekadar begitu saja, hanya akan jadi impian. Untuk jadi produksi massal itu kan prosesnya panjang sekali, itu pekerjaan rumah yang maha dahsyat. Harus ada skala ekonomi yang memadai agar bisa dipertahankan menjadi produksi massal,” ungkap Hendrawan saat berbincang dengan okezone, Rabu (4/1/2012).
Hendrawan pribadi mengaku siap memborong Esemka untuk konsumsi pribadi, bahkan untuk partai tempatnya bernaung.
“Saya bisa dibeli untuk partai atau anak cabang. Kalau itu saya siap untuk 58 kecamatan, dapil saya,” ujar kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
“Intinya, kalau sudah dinyatakan aman dan bisa diproduksi, saya mendukung jadi mobil resmi anggota dewan,” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mencanangkan mobil Esemka menjadi produk nasional.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Joko Sutrisno mengatakan, izin konstruksi mobil sudah dipegang oleh Kemendikbud. Memang masih diperlukan uji emisi namun tidak menjadi syarat penting karena pada tahap awal ini mobil SMK itu masih terus didistribusikan ke kabupaten kota yang tidak mementingkan izin uji emisi.
Sambil menunggu izin emisi tersebut, ujarnya, pihaknya sudah mendistribusikan mobil yang dinamakan Esemka Rajawali itu ke berbagai pemerintah daerah. Seperti ke Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Bandung. Pihaknya juga sedang menjajaki pihak terkait untuk menjadikan mobil SMK ini menjadi kendaraan dinas bagi para pejabat lainnya.
Joko menjelaskan, pihaknya memang tidak bekerja dengan industry nasional dalam proses produksinya karena kendala biaya produksi yang masih tinggi. Dengan bekerjasama dengan industri manufaktur di Ceper, Tulungagung, Pasuruan dan Banten maka harga on the road mobil itu dapat ditekan menjadi Rp105 juta sedangkan ongkos produksinya per mobil hanya Rp95 juta saja.
Kerjasama dengan industri kecil itu memang menjadi target Kemendikbud. Karena siswa masih dilibatkan dalam pembuatan mesin dan konstruksinya. Pada tahun ini, ujarnya, ditargetkan sebanyak 200 unit mobil baru segera diluncurkan kepada para pemesan.
Kemendikbud sudah menggandeng kementerian lain, seperti Kemenkokesra untuk terus menggali potensi-potensi seperti ini. Pasalnya, dengan industri ini sangat membuat peluang lapangan kerja di daerah dan bisa membantu permasalahan pengangguran.
Guru Teknik Otomotif SMKN 1 Klaten Weni Prasetyo menyatakan, bekerjasama dengan tujuh SMK di Klaten yakni SMKN 2 Surakarta, SMKN 2 Salatiga, SMK Tunas Harapan Pati, SMKN 2 Wonogiri, SMK Jenangan 1 Ponorogo dan SMKN 1 Kediri pihaknya membuat mobil Sport Utility Vehicle (SUV) bermesin 1.500 cc dengan nama Kiat Esemka.
Katanya, mobil ini terbilang unik karena bagian belakang lampu mirip dengan mobil Isuzu Panther namun di bagian depan mirip dengan Honda CR-V. Para siswa ini membuat mobil itu bersama-sama di bengkel mobil milik perusahaan Kiat Motor yang merupakan industri mobil besar di Klaten.
Untuk tahap produksi awal, jelasnya, mobil dibuat dengan iuran masing-masing SMK dengan total Rp385 juta. Selanjutnya pihak Kiat menyediakan dua Pembina agar siswa SMK mampu merakit mobil dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar