JAKARTA - Jika Iran benar-benar memblokade Selat Hormuz maka seperlima supply Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri akan terganggu.
"Hampir semua ahli minyak di Dunia memberikan asumsi, jika Selat Hormuz tidak apa-apa, maka harga sepanjang 2012 akan tetap USD110 per barel. Apalagi jika Selat Hormuz terjadi apa-apa maka akan melejitlah subsidi BBM," ungkap Pengamat Perminyakan Kurtubi yang ditemui dalam acara seminar "Opsi dan Harga BBM" di Gedung DPD RI, Jakarta Jumat (10/2/2012).
Menurutnya, kenaikan harga minyak kemungkinan tipis dan tidak signifikan selama selat Hormuz belum diblok. "Ancam-mengancam antara Iran dan Amerika Serikat (AS) itu yang menaikkan dikit, Eropa krisis, demand tetap tumbuh, tambahan ini yang direspon dari pasar," tegasnya.
Sementara untuk pasar dalam negeri, Kurtubi mengungkapkan adanya potensi penurunan lifting jika memang Selat Hormuz diblokade. Hal ini dikarenakan kilang Cilacap milik Pertamina mengolah banyak minyak mentah dari Timur Tengah.
"Kalau tidak ada minyak dari Timur Tengah maka operasi akan down. Bisa kemungkinan seperlima atau sepertiga dari sulai BBM dalam negeri tidak ada, maka akan terjadi antrian dimana-mana," katanya.
Lebih lanjut dia menambahkan, saat ini konsumsi BBM dalam negeri mencapai sepertiga hingga seperempat juta barel per hari (bph), ini sangat signifikan dampaknya terhadap BBM di dalam negeri.
"Subsidi akan melonjak luar biasa, dan kekurangan. Kalau Selat Hormuz diblokade harga bisa USD150 per barel dan Pertamax bisa mencapai Rp15 ribu per liter. Maka dinaikkan saja (premium) Rp1500 per liter, subsidi tetap, tapi ada penghematan Rp60 triliun," pungkasnya
0 komentar:
Posting Komentar